Materi berikut ini merupakan sejarah masa lalu yang mengulas tentang perjuangan tokoh daerah untuk mengusir penjajah belanda. Postingan perjuangan tokoh daerah untuk mengusir penjajah belanda ini hanya sekedar untuk mengingatkan kepada generasi muda untuk selalu mengambil hikmah serta nilai-nilai positif yang patut ditiru kegigihan serta semangatnya dalam mempertahankan tanah air. Berikut ulasan singkat tentang perjuangan tokoh daerah untuk mengusir penjajah belanda. Semoga bermanfaat.
Kedatangan Belanda ke Nusantara sangat merugikan rakyat pribumi (Baca-Penjajahan VOC atas Indonesia). Karena tindakan Belanda yang sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. Beberapa tokoh yang sangat terkenal keberaniannya untuk mengusir penjajah Belanda sebagai berikut.
Pattimura
Maluku merupakan kepulauan yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Oleh karena itu, Belanda sudah lama ingin menguasai daerah tersebut. Perilaku serta tindakan Belanda di Maluku sangat sewenang-wenang. Mereka sering bertindak kasar serta melakukan pemaksaan dalam penjualan. Belanda juga mengatur harga dengan kemauannya sendiri. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, Belanda mendirikan benteng Duurstede.
Melihat penderitaan rakyat Maluku, Pattimura atau Thomas Matulessi, menjadi tergugah hatinya. Ia adalah orang Maluku asli yang menjadi tentara Belanda. Ia kemudian menghimpun kekuatan untuk melawan Belanda.
Pada tahun 1817 Pattimura bersama dengan rakyat menyerang Benteng Duurstede. Semua teman Belanda dan residen Van den Berg beserta keluarganya terbunuh. Pertempuran tersebut akhirnya meluas ke berbagai daerah. Dalam pertempuran itu rakyat Maluku berhasil menewaskan Mayor Beeces. Ia adalah pimpinan pasukan Belanda.
Belanda kemudian mencari bantuan ke Ambon dan Batavia sehingga kekuatan menjadi tidak seimbang. Pada pertengahan bulan November 1817 Pattimura dan teman-teman tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817, akhirnya Pattimura menjalani hukuman gantung di Ambon.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro merupakan putra Hamengku Buwono III. Pada saat tinggal di Tegalrejo, beliau menyaksikan penderitaan rakyat. Belanda bertindak kejam kepada rakyat. Pangeran Diponegoro membenci segala tindakan yang dilakukan Belanda tersebut. Timbullah perlawanan yang dikenal sebagai perang Diponegoro.
Hal lain yang menjadi pemicu perang Diponegoro ialah patok dalam membuat jalan menuju Magelang. Patok itu melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro yang dilakukan tanpa perundingan dahulu. Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro melarang pemasangan patok dan mempertahankan haknya. Residen Smissaert mengetahui hal itu. Ia menganggap hal itu sebagai tindakan pembangkangan.
Pada tanggal 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya melawan Belanda. Mereka berjuang dengan taktik perang gerilya. Markas Diponegoro berpindah-pindah, yaitu di Selarong, Pleret, Dekso, dan Pengasih. Pangeran Diponegoro pada mulanya dapat menguasai sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro, Belanda menggunakan tipu muslihat. Pada tahun 1827 Belanda menugaskan Jenderal Marcus de Kock untuk menumpas pasukan Diponegoro. Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, ia tiba-tiba ditangkap dan diasingkan ke Manado. Kemudian dipindahkan ke Makassar sampai wafat pada 8 Januari 1855.
Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol memimpin perlawanan terhadap Belanda yang berlangsung di Sumatera Barat. Kehadiran Belanda di Sumatera Barat untuk menguasai daerah penghasil kopi. Untuk menguasai Sumatra Barat, Belanda memanfaatkan perselisihan antara Kaum Padri (pembaharu agama Islam) dan Kaum Adat.
Pada tahun 1821, Belanda dengan bantuan Kaum Adat memerangi Kaum Paderi. Tuanku Imam Bonjol memimpin pasukan Paderi untuk menghadapi Belanda. Dalam peperangan ini Belanda dapat dikalahkan. Belada terpaksa mengadakan perjanjian Masang pada tahun 1824. Akan tetapi, perjanjian ini kemudian dilanggar oleh Belanda.
Perang pun terjadi lagi. Setelah perang Diponegoro berakhir, Belanda membawa pasukan yang besar ke Sumatra Barat. Wilayah-wilayah di Sumatra Barat mulai dapat dikuasai. Pada tahun 1837, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letkol Michels menyerbu Bonjol. Dalam peperangan ini Kaum Padri dapat dikalahkan.
Namun Tuanku Imam Bonjol berhasil memoloskan diri. Pada bulan Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Ia kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Ia dipindahkan lagi ke Ambon dan akhirnya ke Lotan dekat Manado. Ia meninggal pada 8 November 1864 dan dimakamkan di sana.
Pangeran Antasari
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan terdapat kerajaan yang besar. Daerah ini banyak menghasilkan rempah-rempah dan intan. Belanda sangat ingin menguasai daerah itu dengan cara jalan mengadu domba kerabat keraton.
Setelah Sultan Adam wafat, Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah. Padahal ia tidak disenangi rakyat. Tindakan Belanda di Kesultanan Banjar semakin semena-mena. Pangeran Tamjidillah pun mendapat perlawanan dari Pangeran Hidayat dengan dukungan rakyat. Namun, ia mengalami kegagalan dan ditangkap lalu dibuang ke Cianjur.
Kemudian muncullah Pangeran Antasari yang menolak campur tangan Belanda. Pangeran Antasari memimpin rakyat Banjar melawan Belanda sejak tahun 1859 – 1862. Ia diangkat oleh rakyat Banjar menjadi sultan. Pasukan Antasari berhasil meledakkan kapal Belanda beserta pasukannya. Perlawanan Antasari terhenti karena sakit. Akhirnya ia meninggal pada tahun 1862.
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII sudah menjadi raja sejak umur 18 tahun. Waktu kecilnya bernama Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli tahun 1849. Belanda datang ke Tapanuli secara terang-terang untuk mengusai tanah Batak. Oleh karena itu, Sisingamangaraja XII mengangkat senjata untuk menumpas Belanda.
Pada tahun 1878, pasukan Sisingamangaraja melakukan perlawanan. Mereka menyerang pos-pos pertahanan Belanda. Penyerangan ini dilakukan secara bergerilya. Serangan ini berhasil mengalahkan Belanda. Untuk mengatasi keadaan, Belanda menambah kekuatannya. Kemudian Belanda melakukan penyerangan. Daerah pertempuran Sisingamangaraja semakin sempit dan pasukannya semakin berkurang.
Sisingamangaraja XII dipaksa menyerah di tempat persembunyiannya. Akan tetapi, ia menolak. Ia gugur tertembak pada tanggal 17 Juni 1907. Ia dimakamkan di Pulau Samosir, Sumatra Utara.
Klik (Perjuangan rakyat Indonesia terhadap VOC) untuk melihat beberapa perlawanan melawan Belanda didaerah lain di Nusantara.
Semoga Bermanfaat.
Sumber : BSE IPS
Kedatangan Belanda ke Nusantara sangat merugikan rakyat pribumi (Baca-Penjajahan VOC atas Indonesia). Karena tindakan Belanda yang sewenang-wenang terhadap rakyat sehingga menimbulkan perlawanan di berbagai daerah. Beberapa tokoh yang sangat terkenal keberaniannya untuk mengusir penjajah Belanda sebagai berikut.
Pattimura
Maluku merupakan kepulauan yang banyak menghasilkan rempah-rempah. Oleh karena itu, Belanda sudah lama ingin menguasai daerah tersebut. Perilaku serta tindakan Belanda di Maluku sangat sewenang-wenang. Mereka sering bertindak kasar serta melakukan pemaksaan dalam penjualan. Belanda juga mengatur harga dengan kemauannya sendiri. Untuk memperkuat kedudukannya di Maluku, Belanda mendirikan benteng Duurstede.
Melihat penderitaan rakyat Maluku, Pattimura atau Thomas Matulessi, menjadi tergugah hatinya. Ia adalah orang Maluku asli yang menjadi tentara Belanda. Ia kemudian menghimpun kekuatan untuk melawan Belanda.
Pada tahun 1817 Pattimura bersama dengan rakyat menyerang Benteng Duurstede. Semua teman Belanda dan residen Van den Berg beserta keluarganya terbunuh. Pertempuran tersebut akhirnya meluas ke berbagai daerah. Dalam pertempuran itu rakyat Maluku berhasil menewaskan Mayor Beeces. Ia adalah pimpinan pasukan Belanda.
Belanda kemudian mencari bantuan ke Ambon dan Batavia sehingga kekuatan menjadi tidak seimbang. Pada pertengahan bulan November 1817 Pattimura dan teman-teman tertangkap. Pada tanggal 16 Desember 1817, akhirnya Pattimura menjalani hukuman gantung di Ambon.
Pangeran Diponegoro
Pangeran Diponegoro merupakan putra Hamengku Buwono III. Pada saat tinggal di Tegalrejo, beliau menyaksikan penderitaan rakyat. Belanda bertindak kejam kepada rakyat. Pangeran Diponegoro membenci segala tindakan yang dilakukan Belanda tersebut. Timbullah perlawanan yang dikenal sebagai perang Diponegoro.
Hal lain yang menjadi pemicu perang Diponegoro ialah patok dalam membuat jalan menuju Magelang. Patok itu melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro yang dilakukan tanpa perundingan dahulu. Oleh karena itu, Pangeran Diponegoro melarang pemasangan patok dan mempertahankan haknya. Residen Smissaert mengetahui hal itu. Ia menganggap hal itu sebagai tindakan pembangkangan.
Pada tanggal 20 Juli 1825, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya melawan Belanda. Mereka berjuang dengan taktik perang gerilya. Markas Diponegoro berpindah-pindah, yaitu di Selarong, Pleret, Dekso, dan Pengasih. Pangeran Diponegoro pada mulanya dapat menguasai sebagian besar Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur.
Untuk mengalahkan Pangeran Diponegoro, Belanda menggunakan tipu muslihat. Pada tahun 1827 Belanda menugaskan Jenderal Marcus de Kock untuk menumpas pasukan Diponegoro. Pangeran Diponegoro diundang untuk berunding di Magelang. Dalam perundingan itu, ia tiba-tiba ditangkap dan diasingkan ke Manado. Kemudian dipindahkan ke Makassar sampai wafat pada 8 Januari 1855.
Tuanku Imam Bonjol
Tuanku Imam Bonjol memimpin perlawanan terhadap Belanda yang berlangsung di Sumatera Barat. Kehadiran Belanda di Sumatera Barat untuk menguasai daerah penghasil kopi. Untuk menguasai Sumatra Barat, Belanda memanfaatkan perselisihan antara Kaum Padri (pembaharu agama Islam) dan Kaum Adat.
Pada tahun 1821, Belanda dengan bantuan Kaum Adat memerangi Kaum Paderi. Tuanku Imam Bonjol memimpin pasukan Paderi untuk menghadapi Belanda. Dalam peperangan ini Belanda dapat dikalahkan. Belada terpaksa mengadakan perjanjian Masang pada tahun 1824. Akan tetapi, perjanjian ini kemudian dilanggar oleh Belanda.
Perang pun terjadi lagi. Setelah perang Diponegoro berakhir, Belanda membawa pasukan yang besar ke Sumatra Barat. Wilayah-wilayah di Sumatra Barat mulai dapat dikuasai. Pada tahun 1837, pasukan Belanda dibawah pimpinan Letkol Michels menyerbu Bonjol. Dalam peperangan ini Kaum Padri dapat dikalahkan.
Namun Tuanku Imam Bonjol berhasil memoloskan diri. Pada bulan Oktober 1837 Tuanku Imam Bonjol ditangkap. Ia kemudian dibuang ke Cianjur, Jawa Barat. Ia dipindahkan lagi ke Ambon dan akhirnya ke Lotan dekat Manado. Ia meninggal pada 8 November 1864 dan dimakamkan di sana.
Pangeran Antasari
Di Banjarmasin, Kalimantan Selatan terdapat kerajaan yang besar. Daerah ini banyak menghasilkan rempah-rempah dan intan. Belanda sangat ingin menguasai daerah itu dengan cara jalan mengadu domba kerabat keraton.
Setelah Sultan Adam wafat, Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah. Padahal ia tidak disenangi rakyat. Tindakan Belanda di Kesultanan Banjar semakin semena-mena. Pangeran Tamjidillah pun mendapat perlawanan dari Pangeran Hidayat dengan dukungan rakyat. Namun, ia mengalami kegagalan dan ditangkap lalu dibuang ke Cianjur.
Kemudian muncullah Pangeran Antasari yang menolak campur tangan Belanda. Pangeran Antasari memimpin rakyat Banjar melawan Belanda sejak tahun 1859 – 1862. Ia diangkat oleh rakyat Banjar menjadi sultan. Pasukan Antasari berhasil meledakkan kapal Belanda beserta pasukannya. Perlawanan Antasari terhenti karena sakit. Akhirnya ia meninggal pada tahun 1862.
Sisingamangaraja XII
Sisingamangaraja XII sudah menjadi raja sejak umur 18 tahun. Waktu kecilnya bernama Patuan Bosar Ompu Pulo Batu. Ia lahir di Bakkara, Tapanuli tahun 1849. Belanda datang ke Tapanuli secara terang-terang untuk mengusai tanah Batak. Oleh karena itu, Sisingamangaraja XII mengangkat senjata untuk menumpas Belanda.
Pada tahun 1878, pasukan Sisingamangaraja melakukan perlawanan. Mereka menyerang pos-pos pertahanan Belanda. Penyerangan ini dilakukan secara bergerilya. Serangan ini berhasil mengalahkan Belanda. Untuk mengatasi keadaan, Belanda menambah kekuatannya. Kemudian Belanda melakukan penyerangan. Daerah pertempuran Sisingamangaraja semakin sempit dan pasukannya semakin berkurang.
Sisingamangaraja XII dipaksa menyerah di tempat persembunyiannya. Akan tetapi, ia menolak. Ia gugur tertembak pada tanggal 17 Juni 1907. Ia dimakamkan di Pulau Samosir, Sumatra Utara.
Klik (Perjuangan rakyat Indonesia terhadap VOC) untuk melihat beberapa perlawanan melawan Belanda didaerah lain di Nusantara.
Semoga Bermanfaat.
Sumber : BSE IPS
No comments:
Post a Comment