Jakarta - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan atau Kemendikbud meluncurkan sebuah program baru bernama Belajar Bersama Maestro (BBM). Program ini merupakan sebuah bentuk kegiatan yang ditujukan untuk siswa-siswi SMA/SMK kelas X dan XI di Indonesia. BBM bertujuan untuk membantu siswa mengetahui makna budaya, nilai budaya, kearifan lokal, serta motivasi untuk berprestasi dalam bidang seni budaya.
Sebanyak 10 maestro kebudayaan mewakili bidang seni tari, teater, musik, film, patung, dan lukis akan terlibat dalam kegiatan BBM ini. Para maestro ini adalah Irawati Durban (seniman tari), Aditya Gumay (aktor teater), Purwacaraka (musisi), Gilang Ramadhan (musisi), I Nyoman Nuarta (pematung), Tan De Seng (musisi gitar-kecapi), Mang Udjo (musisi angklung), Supadminingtyas (sinden), Nasirun (pelukis), dan Didik Nini Thowok (penari).
Nantinya, 100 orang siswa yang terpilih berkesempatan tinggal beberapa hari di rumah rumah para maestro pada masa liburan sekolah. Satu maestro akan mengasuh 10 orang siswa sekaligus.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan mengatakan dengan program ini, anak-anak diharapkan tak hanya bisa belajar hal-hal teknis tentang seni yang mereka minati namun juga diharapkan bisa belajar tentang kedisplinan, keuletan, dan ketekunan para maestro.
"Idenya sangat sederhana, ingin potensi seni tumbuh berkembang," ujar Anies Gedung Kemendikbud, Jakarta, Jumat (12/6).
"Banyak pengalaman anak yang tumbuh menjadi besar karena interaksi sejenak tapi penuh makna. Saya sendiri dulu sering berinteraksi dengan banyak orang, pulang dapat pengalaman yang luar biasa. Itu pengalaman yang tidak bisa dikerjakan di ruang kelas," ujarnya.
Mantan Rektor Paramadina itu pun berharap program ini akan berkembang menjadi sebuah gerakan yang menjamur di seluruh nusantara dan bisa ditiru pemerintah daerah.
"Semoga akan berkembang sebagai gerakan, bukan hanya program. Nanti akan dibuatkan model sehingga para maestro seluruh Indonesia bisa melakukan hal yang sama di daerah masing," jelas Anies.
Dengan adanya program ini pun paa maestro berharap bisa menularkan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya kepada anak-anak. Dengan begitu diharapkan kelak bisa melahirkan maestro selanjutnya. (Baca juga: Menteri Anies: Pembeli Ijazah Palsu Merendahkan Diri Sendiri)
"Dari 10 anak ini semoga akan berkembang dan memberikan sumbangsih pada bangsa dan melahirkan maestro yang asli," ujar Nasirun, maestro lukis asal Yogyakarta.
"Semoga bisa melahirkan generasi yang akan mempromosikan budaya Indonesia," ucap pesinden, Supadminingtyas.
Program BBM ini akan dilakukan di empat kota, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Solo. Untuk bisa mengikuti program BBM ini, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi calon peserta. Mereka harus memiliki kompetensi di bidang budaya, khususnya kesenian dan harus aktif mengikuti kegiatan berorganisasi di bidang seni.
Calon peserta yang memenuhi persyaratan harus mendaftar terlebih dahulu di website BBM yaitu bbm.kemdikbud.go.id. Calon peserta juga diminta untuk menyertakan karyanya, bisa berupa sertifikat, video, maupun foto. Pendaftaran dibuka pada tanggal 21 Mei - 14 Juni 2015. Sejauh ini sudah ada 127 siswa yang melamar.
Setelah mendaftar, peserta akan diseleksi berdasarkan kriteria tertentu. "Tunjukan karya Anda, nanti akan ada kurasi," ujar Anies. Hasil seleksi akan diumumkan pada 17 Juni 2015.
Peserta yang terpilih berkesempatan untuk magang di sanggar milik maestro uang mereka pilih. Kegiatan ini akan berlangsung selama masa liburan sekolah yaitu pada tanggal 21-30 Juni 2015. Program BBM akan diadakan setahun dua kali saat liburan sekolah. Untuk bisa mengikuti program ini para peserta tidak dipungut bayaran, alias gratis.
Direktur Pembinaan Kesenian dan Perfilman Endang Caturwati mengatakan pemilihan maestro ini dilihat berdasarkan rekam jejak mereka di dunia seni.
"Dipilih yang sudah mempunyai track record," ucap Endang. Misalnya saja Irawati Durban. Ia dipilih karena kecintaan yang luar biasa terhadap seni tari.
"Beliau kan pencipta tari merak dan kiprahnya bukan hanya Indonesia tapi juga di luar," ujar Endang.
Begitu juga terpilihnya Tan De Seng. Kepiawaiannya bermain gitar membuatnya terpilih menjadi salah satu maestro. "Dari satu gitar dia bisa memaknkan laras pelog, lagu jazz dan dia juga mempelajari karawitan Sunda," ucap Endang.
Selain itu, para maestro juga diwajibkan memiliki jiwa sebagai pendidik. Karena tidak semua orang atau seniman mau berbagi ilmu yang mereka punya. "Jiwa pendidik nomor satu. Dia harus mempunyai rasa tanggung jawab bahwa seni Indonesia mempunyai nilai yang kuat biasa yang harus dilestarikan dan dikembangkan," jelasnya.
Nantinya, dalam setiap program, maestro yang dipilih akan berubah-ubah bidangnya, seperti maestro di bidang sastra untuk mengajar membuat puisi, novel dan karya seni lainnya.
Sumber : www.cnnindonesia.com
No comments:
Post a Comment