SAYA sering melihat, ketika mengadakan sosialisasi universitas di sekolah-sekolah di suatu daerah, masih banyak siswa yang mengedepankan materil dibanding kemampuan. Biasanya ini terjadi pada sekolah-sekolah yang sudah mempunyai nama di daerah tersebut.
Nama sekolah bukan jaminan kita bisa diterima di jurusan manapun yang kita mau. Masih banyak sekolah lain yang mungkin lebih berkompeten dari sekolah kita. Saya punya cerita di departemen (di IPB, departemen dianggap sebagai jurusan) saya yaitu Departemen Ilmu Komputer (Ilkom) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Nama sekolah bukan jaminan kita bisa diterima di jurusan manapun yang kita mau. Masih banyak sekolah lain yang mungkin lebih berkompeten dari sekolah kita. Saya punya cerita di departemen (di IPB, departemen dianggap sebagai jurusan) saya yaitu Departemen Ilmu Komputer (Ilkom) Institut Pertanian Bogor (IPB).
Setiap tahunnya, Ilkom masuk dalam daftar 10 besar paling banyak peminatnya pada Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Undangan di IPB. Ketika mahasiswa baru ditanya kenapa masuk ke Ilkom, rata-rata menjawab ingin mendapat pekerjaan yang bagus karena di semua bidang, komputerisasi tidak dapat dihindarkan. Alhasil, setiap akhir tahun ajaran ada yang mengundurkan diri dari Ilkom karena tidak mampu berkutat dengan pelajaran yang tidak disukai dan dirasa sulit untuknya.
Lihat kemampuan dan minat
Dari kisah di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak yang menggebu-gebu ingin masuk ke suatu jurusan tanpa melihat apa yang akan dipelajari dan tanpa melihat apakah dia mampu atau tidak.
Prospek kerja kerap kali dijadikan pilihan nomor satu bagi tiap siswa. Saya sering dengar juga banyak siswa yang bertanya "ka, jurusan A prospek kerjanya ke mana saja ya?". Prospek kerja bukan jaminan. Mudahnya begini, apakah semua mahasiswa yang ada pada jurusan yang baik akan mendapat pekerjaan yang baik pula?Jawabannya tidak jika pekerjaan yang dimaksud sesuai dengan prospek kerja yang ditawarkan.
Kemampuan kita lah yang akhirnya akan dinilai dalam dunia kerja. Ingat, kuliah bukan hanya masalah akademis, tapi soft skill seperti presentasi, public speaking dan lain-lain juga diperhitungkan. Banyak kok orang sukses yang muncul bukan dari jurusan yang populer. Yang penting, bagaimana kita bisa menjadi populer ketika kita berada pada jurusan yang kurang populer.
Pendidikan di Indonesia memang sering menuntut generasi pelajar untuk mementingkan materil daripada kemampuan dan minat yang bisa mengembangkan Indonesia agar menjadi lebih baik. Apapun jurusan kita, semoga kita dapat menekuninya dengan sungguh-sungguh dan meniatkannya untuk membuat Indonesia yang lebih baik dan bermartabat.
Muhammad Badar
Mahasiswa Departemen Ilmu Komputer FMIPA
Institut Pertanian Bogor (//ade)
No comments:
Post a Comment