detik.com Lamongan - Mendapat nilai tertinggi UN se Jawa Timur sekaligus peringkat 2 tingkat nasional tidak membuat Ardi Pranata gembira. Ardi yang lulus dari SMK NU 1 Lamongan ini justru dirundung sedih, karena terancam tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Penyebab Ardi tidak bisa melanjutkan sekolah karena terbentur faktor ekonomi. Ardi anak ketiga dari tiga bersaudara ini tinggal bersama ibunya yang mengadalkan nafkah menjadi penjahit, sedangnkan bapaknya sudah lama meninggal dunia.
Saat ini, Ardi dan ibunya Liana (50), tinggal di Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah. Ibu Ardi tak kuasa menahan air matanya ketika tahu jika anaknya nomor tiga berhasil lulus sekolah dengan predikat kedua terbaik tingkat nasional.
Air mata Liana tersebut bukan air mata kesedihan, tetapi adalah tangis haru seorang ibu yang selama ini hidup sendiri tanpa suami. "Saya terharu dengan prestasi anak saya," kata Liana, saat ditemui detikcom di kediamannya, Minggu (26/5/2013).
Keharuan tersebut menurut Liana, meski hanya anak seorang tukang jahit, Ardi bisa meraih peringkat kedua UN tingkat Jatim dan sekaligus peringkat ke dua tingkat nasional untuk SMK, dengan nilai 38,20 menyamai nilai Ahmad Syafi'I dari SMKN 1 Tuban.
Sayangnya, di tengah kegembiraan tersebut, sang ibu dan Ardi merasa gundah. Pasalnya dengan prestasi yang didapat anaknya tersebut, ternyata Ardi belum bisa melenggang untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Ketiadaan biaya membuat Liana gundah karena dirinya hanya seorang tukang jahit. Liana mengaku, penghasilannya sebagai seorang tukang jahit yang tinggal di desa dan ketiadaan suami dalam rumah tangganya tidak memungkinkan bagi Liana untuk membiayai anaknya ke perguruan tinggi.
"Apa ya mungkin bisa sekolah lagi, wong biaya saja saya tidak ada," ujarnya.
Sementara, prestasi gemilang yang ditorehkan Ardi ternyata tidak didapat secara instan. Kerja keras dan ketekunan dalam menjalani hidup, baik di sekolah maupun di rumah, menjadi kunci utama keberhasilannya.
Dengan segala keterbatasannya ini, Ardi hanya berharap agar ada bantuan pemerintah agar bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. "Saya sebenarnya ingin melanjutkan ke Unesa Surabaya," ujar Ardi penuh harap.
Penyebab Ardi tidak bisa melanjutkan sekolah karena terbentur faktor ekonomi. Ardi anak ketiga dari tiga bersaudara ini tinggal bersama ibunya yang mengadalkan nafkah menjadi penjahit, sedangnkan bapaknya sudah lama meninggal dunia.
Saat ini, Ardi dan ibunya Liana (50), tinggal di Desa Pengangsalan, Kecamatan Kalitengah. Ibu Ardi tak kuasa menahan air matanya ketika tahu jika anaknya nomor tiga berhasil lulus sekolah dengan predikat kedua terbaik tingkat nasional.
Air mata Liana tersebut bukan air mata kesedihan, tetapi adalah tangis haru seorang ibu yang selama ini hidup sendiri tanpa suami. "Saya terharu dengan prestasi anak saya," kata Liana, saat ditemui detikcom di kediamannya, Minggu (26/5/2013).
Keharuan tersebut menurut Liana, meski hanya anak seorang tukang jahit, Ardi bisa meraih peringkat kedua UN tingkat Jatim dan sekaligus peringkat ke dua tingkat nasional untuk SMK, dengan nilai 38,20 menyamai nilai Ahmad Syafi'I dari SMKN 1 Tuban.
Sayangnya, di tengah kegembiraan tersebut, sang ibu dan Ardi merasa gundah. Pasalnya dengan prestasi yang didapat anaknya tersebut, ternyata Ardi belum bisa melenggang untuk melanjutkan studinya ke perguruan tinggi.
Ketiadaan biaya membuat Liana gundah karena dirinya hanya seorang tukang jahit. Liana mengaku, penghasilannya sebagai seorang tukang jahit yang tinggal di desa dan ketiadaan suami dalam rumah tangganya tidak memungkinkan bagi Liana untuk membiayai anaknya ke perguruan tinggi.
"Apa ya mungkin bisa sekolah lagi, wong biaya saja saya tidak ada," ujarnya.
Sementara, prestasi gemilang yang ditorehkan Ardi ternyata tidak didapat secara instan. Kerja keras dan ketekunan dalam menjalani hidup, baik di sekolah maupun di rumah, menjadi kunci utama keberhasilannya.
Dengan segala keterbatasannya ini, Ardi hanya berharap agar ada bantuan pemerintah agar bisa melanjutkan pendidikannya ke perguruan tinggi. "Saya sebenarnya ingin melanjutkan ke Unesa Surabaya," ujar Ardi penuh harap.