Surabaya- Panitia Lokal 50 Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) menemukan dua peserta bernomor sama. Setelah diperiksa, diketahui bahwa salah satu peserta ternyata korban penipuan. "Yang bersangkutan positif korban penipuan," kata Humas Panlok 50 SBMPTN Bekti Cahyo Hidayanto pada Tempo, Selasa, 18 Juni 2013.
Awalnya panitia mendapati dua peserta SBMPTN yaitu Iqbal Nursyarif asal Bangkalan dan Sherly asal Sumenep di Ruang 211 lantai II Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, Selasa, 18 Juni 2013. Ketika diminta menunjukkan kartu tanda peserta ternyata nomornya sama. Panitia pun memverifikasi. Hasilnya, nama Iqbal tercantum dalam database peserta SBMPTN, sedangkan Sherly tidak terdaftar. Sempat curiga praktik perjokian, panitia menyimpulkan bahwa Sherly murni korban penipuan.
Sewaktu diinterogasi, Sherly mengaku mendapatkan kode akses pembayaran (KAP) dan PIN SBMPTN dari seseorang yang ditemuinya saat hendak membayar pendaftaran. "Ketika mau bayar pendaftaran, bank sudah tutup. Ada orang di sekitar yang menawari KAP dan PIN," kata Bekti. Sherly mendapatkan KAP dan PIN dengan membayar Rp200 ribu kepada seseorang. Karena tidak paham, Sherly yang dibantu kakaknya mendaftar secara online dan mendapatkan kartu tanda bukti pembayaran yang juga menjadi kartu peserta. KAP dan PIN yang diperoleh itu memang asli tapi hanya berlaku ketika simulasi percobaan. Sehingga waktu mendaftar online, Sherly mendapatkan kartu tanda bukti dengan watermark contoh. "Oleh kakaknya, watermark itu dihilangkan, karena tidak paham." Karena tidak mendaftar secara sah, Sherly kemudian tidak diperkenankan mengikuti tes. Menurut Bekti, Sherly menjadi korban seseorang yang ingin memanfaatkan kelemahan sistem SBMPTN. Panitia memang mengadakan simulasi pendaftaran.
Peserta simulasi bisa mendapatkan KAP dan PIN dengan format seperti aslinya. Namun ternyata cara ini dimanfaatkan sejumlah pihak demi keuntungan pribadi. Meski demikian, kata Bekti, sistem ini juga bisa mendeteksi penyimpangan dengan mudah. "Kalau ada yang tidak sesuai, pasti dengan mudah ketahuan," katanya. Tidak hanya di Surabaya, kasus serupa juga terjadi di Padang. Selain itu, di Mataram juga menemukan peserta dengan nomor pesera berformat beda dengan aslinya.
Tapi seluruhnya bisa terdeteksi. Koordinator Humas SBMPTN Lokal Surabaya Ismaini Zain mengakui bahwa penipuan selalu mengiringi pendaftaran SBMPTN. Pihak-pihak tidak bertanggungjawab memanfaatkan celah untuk mendapat keuntungan. Namun ia memastikan sistem SBMPTN sendiri tidak akan mudah ditembus. Walau begitu, pihaknya akan mengevaluasi sistem ini untuk terus meminimalisir praktik penipuan.
No comments:
Post a Comment