Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau SNMPTN merupakan jalur seleksi yang selenggarakan secara nasional dan serentak oleh pemerintah untuk dapat menjaring siswa/siswi yang berkualitas dan dapat masuk atau melanjutkan pendidikannya di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang dikelola oleh pemerintah. Tentu saja, tak semua siswa dapat masuk lulus seleksi dalam ajang ini. Apalagi bagi siswa yang bertempat tinggal jauh dari kampus PTN yang ditunjuk oleh pemerintah. Oleh karena itu pemerintah pun membuat jalur penerimaan baru dengan tiga pola yang tujuannya untuk mempermudah proses penerimaan mahasiswa baru di PTN di Indonesia.
Adanya perbedaan jalur penerimaan mahasiswa baru pada tahun akademik 2013/2014 di perguruan tinggi negeri (PTN) tentu membutuhkan sosialisasi kepada berbagai SMA di seluruh Nusantara. Selain Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), pihak PTN pun gencar melakukan sosialisasi bagi masyarakat mengenai perubahan tersebut.
Maka, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pun menggelar sosialisasi Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) 2013 di hadapan para kepala sekolah SMA se-DIY. Direktur Administrasi Akademik UGM Budi Prasetyo Widyobroto menyebutkan, terdapat tiga pola penerimaan mahasiswa baru pada 2013. Ketiga jalur tersebut, yaitu SNMPTN, Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN), dan Ujian Mandiri (UM). SNMPTN diselenggarakan oleh pemerintah dengan kuota 50 persen, SBMPTN diselenggarakan oleh Majelis Rektor Perguruan Tinggi Negeri (MRPTN) dengan kuota 30 persen, dan Ujian Mandiri oleh masing-masing Perguruan Tinggi Negeri dengan kuota maksimal 20 persen.
Perbedaan penerimaan mahasiswa melalui SNMPTN pada 2013 berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. SNMPTN 2013 terbuka untuk semua siswa kelas III SMA/SMK/MA dan gratis. Rencananya, pada SNMPTN tahun depan, terdapat pembatasan pendaftar berdasar akreditasi sekolah dan pendaftar dikenai biaya pendaftaran. Batasan-batasan ini semakin longgar. Semua siswa berhak mendaftar sejauh mendapat rekomendasi dari sekolah, dengan begitu akses masuk ke perguruan tinggi negeri semakin terbuka.
Pada dasarnya, sistem SNMPTN 2014 hampir sama dengan SNMPTN jalur Undangan pada 2013. Perbedaan terletak pada pihak sekolah yang akan merekomendasikan anak didiknya harus mengisi data sekolah dan siswa di Pusat Pangkalan Data Siswa dan Sekolah (PDSS) secara online. Sekolah dapat merekomendasikan anak didiknya dengan tidak membedakan negeri atau swasta, terakreditasi atau tidak. Yang penting sekolah memiliki Nomor Pokok Sekolah Nasional (NSPN) dan bagi peserta SNMPTN harus memiliki Nomor Induk Siswa Nasional (NISN). Untuk pilihan PTN, setiap peserta dapat memilih paling banyak dua opsi PTN yang diminati. Jika memilih satu PTN saja, maka peserta bebas memilih PTN mana saja. Namun jika memilih dua PTN, maka salah satu PTN harus berada di provinsi yang sama dengan sekolah asal atau provinsi terdekat. Sementara untuk program studi, peserta dapat memilih paling banyak dua program studi yang diminati pada masing-masing PTN.
Bagi yang memiliki prestasi di bidang nonakademik, maka bisa melampirkan prestasinya dengan mengirim softcopy rekaman. Misalnya menari atau bermain musik bisa direkam dan dikirimkan sebagai lampiran pada pengajuan aplikasi untuk dapat masuk di PTN. Pada tahun ini, kesempatan bagi setiap siswa unhtuk dapat masuk belajar di PTN semakin terbuka lebar, karena biaya SNMPTN pun digratiskan. Jadi para siswa/siswi benar-benar diberikan kemudahan tanpa adanya ujian SNMPTN seperti tahun-tahun terdahulu. Kini tugas siswa/siswi adalah hanya belajar dengan baik, agar dapat berprestasi. Dengan begitu nilai raport yang baik selama sekolahlah yang nantinya dijadikan acuan sekolah dalam merekomendasikan siswa-siswinya untuk dapat masuk ke PTN yang diimpikannya. Selain prestasi akademik, tak ada salahnya jika siswa dapat mengasah kecerdasan lainnya seperti olahraga, kesenian, sosial dan lain sebagainya.
Mari kita manfaatkan kesempatan emas ini dengan baik. Pendidikan yang berkarakter bukan hanya dilihat dari nilai raport dari pelajaran yang memeras otak, tapi pendidikan berkarakter adalah bagaimana siswa dapat bersikap, dan berperilaku baik dan benar sesuai dengan ajaran norma pendidikan, agama dan sosial yang sebagaimana diajarkan baik di sekolah maupun di lingkungan keluarganya.